PERJALANAN
JARUM
JARUM
puisi-performance
Exhibition painting of eight painter, Sabtu 26 Juli 2008, TikaLika Gallery Bandung
Sore kemarin sebelum beranjak ke Bandung, sebelum kami menyentuh stasiun lempuyangan dan tergopoh-gopoh menaikkan sepeda ke atas gerbong di Jogja sana (kami punya tradisi bepergian ke luar kota dengan membawa sepeda: ngirit), kami mampir ke sebuah kios yang menjajakan perlengkapan menjahit untuk membeli benang dan jarum. Entah apa yg ada di benak ketika itu. Tetapi berdasarkan asas musyawarah untuk mufakat kedua benda tersebut sudah kami tentukan sebagai bagian dari pertunjukan malam ini.
Benang dan jarum. Entahlah. Ada sebentuk keyakinan yang rumit untuk diurai. Bahwa kelak benda-benda ini akan tumbuh bersama peristiwa malam ini, itu saja yang menjadi pangkal tolaknya. Barangkali keyakinan yang buta, tetapi hati dan pikiran seperti sudah semakin longgar untuk menerima bahwa gagasan atau ide terkadang berjalan mendahului kenyataan. Dan senja ini jarum dan benang yang sudah kami beli kemarin senja sudah mendapati ruang dan waktunya. Begitulah. Kami masih terbengong-bengong tadi ketika akhirnya menemukan Galeri Tikalika ini. Galeri yang seturut mata lelaki kami seperti gadis cantik yang berdiri menepikan keberadaannya untuk menyongsong sesuatu. Dan kami masih menyimpan tanya, bagaimana kedua benda ini, jarum dan benang ini akan cukup kontributif bagi sebuah perayaan seperti malam ini?
Akhirnya hanya ada kesimpulan kecil dan modal keberanian yang cukup kuat untuk menjelmakan rasa dan pikiran. Akhirnya, tadi kami sempatkan waktu sekitar lima belas menit melakukan diskusi kecil mengenai angka delapan yang menjadi semacam inti dari judul pameran ini. Salah satu referensi bahwa angka delapan adalah angka yang sempurna sebab garisnya tidak terputus adalah cukup bagi kami untuk berpikir positif mengenai pameran ini. Selamat berpameran semuanya.
Salam sejahtera selalu.
Creamus Poems
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami den menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, jenis kelamin, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana, kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.
(YOYO JEWE – BAGUS DWI DANTO – SONNO TATTOO)
www.creamuspoems.blogspot.com
Sore kemarin sebelum beranjak ke Bandung, sebelum kami menyentuh stasiun lempuyangan dan tergopoh-gopoh menaikkan sepeda ke atas gerbong di Jogja sana (kami punya tradisi bepergian ke luar kota dengan membawa sepeda: ngirit), kami mampir ke sebuah kios yang menjajakan perlengkapan menjahit untuk membeli benang dan jarum. Entah apa yg ada di benak ketika itu. Tetapi berdasarkan asas musyawarah untuk mufakat kedua benda tersebut sudah kami tentukan sebagai bagian dari pertunjukan malam ini.
Benang dan jarum. Entahlah. Ada sebentuk keyakinan yang rumit untuk diurai. Bahwa kelak benda-benda ini akan tumbuh bersama peristiwa malam ini, itu saja yang menjadi pangkal tolaknya. Barangkali keyakinan yang buta, tetapi hati dan pikiran seperti sudah semakin longgar untuk menerima bahwa gagasan atau ide terkadang berjalan mendahului kenyataan. Dan senja ini jarum dan benang yang sudah kami beli kemarin senja sudah mendapati ruang dan waktunya. Begitulah. Kami masih terbengong-bengong tadi ketika akhirnya menemukan Galeri Tikalika ini. Galeri yang seturut mata lelaki kami seperti gadis cantik yang berdiri menepikan keberadaannya untuk menyongsong sesuatu. Dan kami masih menyimpan tanya, bagaimana kedua benda ini, jarum dan benang ini akan cukup kontributif bagi sebuah perayaan seperti malam ini?
Akhirnya hanya ada kesimpulan kecil dan modal keberanian yang cukup kuat untuk menjelmakan rasa dan pikiran. Akhirnya, tadi kami sempatkan waktu sekitar lima belas menit melakukan diskusi kecil mengenai angka delapan yang menjadi semacam inti dari judul pameran ini. Salah satu referensi bahwa angka delapan adalah angka yang sempurna sebab garisnya tidak terputus adalah cukup bagi kami untuk berpikir positif mengenai pameran ini. Selamat berpameran semuanya.
Salam sejahtera selalu.
Creamus Poems
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami den menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, jenis kelamin, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana, kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.
(YOYO JEWE – BAGUS DWI DANTO – SONNO TATTOO)
www.creamuspoems.blogspot.com