Sabtu, 26 Juli 2008

PERJALANAN
JARUM
puisi-performance
Exhibition painting of eight painter, Sabtu 26 Juli 2008, TikaLika Gallery Bandung

Sore kemarin sebelum beranjak ke Bandung, sebelum kami menyentuh stasiun lempuyangan dan tergopoh-gopoh menaikkan sepeda ke atas gerbong di Jogja sana (kami punya tradisi bepergian ke luar kota dengan membawa sepeda: ngirit), kami mampir ke sebuah kios yang menjajakan perlengkapan menjahit untuk membeli benang dan jarum. Entah apa yg ada di benak ketika itu. Tetapi berdasarkan asas musyawarah untuk mufakat kedua benda tersebut sudah kami tentukan sebagai bagian dari pertunjukan malam ini.

Benang dan jarum. Entahlah. Ada sebentuk keyakinan yang rumit untuk diurai. Bahwa kelak benda-benda ini akan tumbuh bersama peristiwa malam ini, itu saja yang menjadi pangkal tolaknya. Barangkali keyakinan yang buta, tetapi hati dan pikiran seperti sudah semakin longgar untuk menerima bahwa gagasan atau ide terkadang berjalan mendahului kenyataan. Dan senja ini jarum dan benang yang sudah kami beli kemarin senja sudah mendapati ruang dan waktunya. Begitulah. Kami masih terbengong-bengong tadi ketika akhirnya menemukan Galeri Tikalika ini. Galeri yang seturut mata lelaki kami seperti gadis cantik yang berdiri menepikan keberadaannya untuk menyongsong sesuatu. Dan kami masih menyimpan tanya, bagaimana kedua benda ini, jarum dan benang ini akan cukup kontributif bagi sebuah perayaan seperti malam ini?

Akhirnya hanya ada kesimpulan kecil dan modal keberanian yang cukup kuat untuk menjelmakan rasa dan pikiran. Akhirnya, tadi kami sempatkan waktu sekitar lima belas menit melakukan diskusi kecil mengenai angka delapan yang menjadi semacam inti dari judul pameran ini. Salah satu referensi bahwa angka delapan adalah angka yang sempurna sebab garisnya tidak terputus adalah cukup bagi kami untuk berpikir positif mengenai pameran ini. Selamat berpameran semuanya.
Salam sejahtera selalu.

Creamus Poems
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami den menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, jenis kelamin, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana, kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.

(YOYO JEWE – BAGUS DWI DANTO – SONNO TATTOO)

www.creamuspoems.blogspot.com


Kertas Performance
Solo Exhibition Painting Sri Maryanto
Dan Solo puisi musik Ary Juliant
21 Juli 2008 ; Pukul 20.00 - Via Via café - Jl. Prawirotaman - Yogyakarta

POETRY READING
RAHASIA BUAH – Setengah buah jeruk, meninggalkan sementara waktu. Pada dua perjalanan personal. Selayaknya buah dikupas, akan kembali. Esok tumbuh, esok cuwil dan esok matang. Pada waktunya. Pada setiap yang mendengar, pada, pada, pada. Kuperdengarkan buah busuk. Pun pada sahabatku. Buah busukku pada belahan – belahan lain, buah busukku ke negeriku sendiri. Bukan tidak kesengajaan, melainkan kuingin meraba hati terdalammu, juga punyaku. Itulah rahasia buahnya. Mata terdalam; punyaku, punyamu, punya mereka. Punya ketajamannya. Jadi, apa yang perlu kau risaukan sahabatku?; yang tampak tak seperti kelihatannya. Segalanya keasingan di depan. Kumengingat lirih dadanya sahabat yang lain; luka kecil yang terbakar, dua bekas perjalanan hangusnya. Setengah buah jeruk terdalamku hanya untuk setengah buah jeruk di belahan sana, seperti bunga biru di celah bebatuan, yang selalu melewati bintang merah. Malam. Qlaroscura. Segala sudah terurai, segala keasingan telah mendiami penjuru semestanya, segala rahasia buah pada pokok pohonnya. Rahasia buah. Itulah, kukabarkan pada telinga-telinga tanpa pintu.
SECRET FRUIT – Half an orange, leave for a while. Two separate journeys. Peel the fruit, but it will return. Tomorrow will grow, tomorrow will break, tomorrow is ripe for taking. For everyone who is listening, feel it. I show you rotten fruit, my friend see this too. My rotten splits, another fragment, this time my land. Not just a coincidence, I want together we touch heart. That is the secret of the fruit. Minds eyes; mine, yours, theirs. Its sharp. So, why do you still worry my friend ? its’nt as it seems. There’s strangeness ahead. I remember my friend chest, branded. The wound was smell. The burn of two old journeys. Half an orange inside me, only for half an orange, splits, like a blue flower in the night of stone, through a red star. Night. Qlaroscura. Everything is clear, the strangeness of the universe, every quiet exis, every secret fruit on the tree. Secret fruit. That is what I told to ears without
Doors.
MUSIM PANAS TUHAN - Energi biru, energi biru, energi biru, energi biru. Dagingpanas, logam adonan, dagingdingin. Kulit kulit berguguran, angin malu pada air. Hasratku penuh satu. Kedalaman hati mereka mendoa, mendoa, mendoa. Nafasmu delapan penjuru mata angin. Energi biru, energi biru, energi biru, energi biru.

Creamus Poems adalah puisi performance - Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami dan menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.
Puisi Performance Creamuspoems Yoyo jewe dan Bagus Dwi Danto Teks/konsep yoyo jewe Performer Yoyo jewe, Leilani. H ide komposisi musik Leilani.H, jewe Management Inna Hudaya>08562969500 - 081802650947 Email/Blog creamuspoems@yahoo.com - www.creamuspoems.blogspot.com
Jogjakarta - Indonesia
Kertas Performance
Yogyakarta Art Festival XX ;In The Front Of Survive
Kompleks Benteng Vredeerburg of Yogyakarta on June 15, 2008

PUISI PERFORMANCE
A piece of justice
There was a happy family, passed three rainy seasons. As a happy family, there were a father, a mother and three daughters. Until came the killer gangster. One daughter was murdered by a gun. The happiness became a nightmare. The father took a revenge. The chain of death walked as a labirinth. So, there was an unbalance war. All the gangster was dead by the father’s riffle, but he became a losser winner. Because there was none of family left, all were killed. A happy family became a nightmare, where is he now?
Puisi no.1 Potongan Keadilan
Ada sebuah keluarga bahagia, melewati tiga musim hujan. Selayaknya keluarga, ada ayah, ibu dan tiga putrinya. Sampai datangnya gangster pembunuh. Salah satu putri itu terbunuh dengan pistol. Berubahlah keluarga bahagia menjadi mimpi buruk. Sang ayah membalaskan kematiannya. Maka rantai kematian berjalan seperti labirin. Terjadilah perang tak seimbang. Seluruh gangster mati di ujung senapan sang ayah. Namun dia menjadi pemenang yang kalah. Karena keluarganya tak ada yang tersisa, semuanya ikut terbunuh. Keluarga bahagia menjadi mimpi buruk. Dimana ia sekarang?
Puisi no.2 Orgasme Blok Mesin
Datang kembali kepala punggung yang merengek tidur, bangku kota nomor dua, satu jam. Perempuan bidang yang menunggu dengan kegelisahan dada serta payudaranya, Kepalaku sudah tak lagi merengek maka percakapannya adalah tentang tubuh yang tak harus dikenali, melainkan apa yang dibaui gelisah. Pedang dan perisai. Secuil kain merah menyanding empat puluh lima kapas tusuk telinga. Robek-robek saja, penis dan vagina tak ada bedanya disini, karena musim gugurku adalah punyamu, begitu sebaliknya. Pokok pohon sudah kehilangan air kehidupannya, maka dengan darahpun jadi, kepala punggung banal.
Creamuspoems ;
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami dan menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.

Puisi Performance Creamuspoems; Yoyo jewe dan Bagus Dwi Danto Teks/konsep Yoyo jewe Performer Yoyo jewe Kolaborator Petruk’ Pondok Kelir Road Manager Inna Hudaya>> 081562969500 Email/Blog creamuspoems@yahoo.com - www.creamuspoems.blogspot.com
Jogjakarta - Indonesia
Kertas Performance
ART CAMP
Menapak Bumi Menatap Langit
Rumah Budaya Elo Progo; 18 – 22 Mei, 2008
Ds.Bejen - Magelang

PUISI PERFORMANCE

Puisi no.1 Sofa Coklat Cerewet ; Brown Couch Chatterbox
Arak-arakan daun hijau mendebu, tulang-belulang. Berapa tanggal lahirmu ? Pasti, segera acungkan kepalan tangan. Kepalamu benjol, Dadamu juga, Ember plastik anti pecah, Maaf tak sengaja. Senapan-senapan bisu jangan di parkir, gedung itu baru saja dibangun, stop. Adakah surat-suratnya? waktunya makan buah-buahan, jus coklat. Ada apa? Jalanan sedang di blokade, airnya habis untuk tamu agung, belahan baju besi. Lalu gadhis di sampingku pergi menanam pohon, diberi pagar kabel agar musang tak mengerat, lalu kulkas hidup, sepotong roti sayur dan masih ada sinyal kuat. Sofa Coklat, kuingin membawa gadhisku berperahu ke hutan danau, kenapa? nafasnya sungguh wangi. Tidak terpikirkah olehmu, sofa coklat ? Hutan wangi, danau wangi, tembok kota wangi, wangi, wangi, nyanyian wangi, orang-orang wangi. Cerewet nafasmu wangi.

Pengantar teknis:
Ada tubuh, ada kursi plastik berderet dan sofa coklat, ada tangga lipat, ada buah apel dan pisau. Ketika kursi dan tubuh saling mencium, gravitasi dan berdamai dengan diri sendiri menjadi penting di peristiwa ini, bagaimana dengan buah dan pisau ? apakah mereka menyapa orang-orang?

Puisi no.2 Paku Tapal “ U “
Ada hari itu, tubuh sepeda terjerembab tak sengaja pada rumah juru gambar yang tersebut namanya. Sebutlah tapal kuda saja. Ada dinding separuh, tapal berantakan adalah rumah kuda yang beberapa kulintasi dan tak sempat kumengenal. Sebelum mulutku mabuk oleh paku-paku yang dibuatnya, kuletakkan paha di bawah sperma yang dicecerkan botol-botol alkhoholnya, tepat saat tangkai rose merah memudar. Sungai indah menjadi gantungan berharga uang kertas namun bibirku tak sedang meludah sengaja, rantai berkaitkah itu?; “ U “

Pengantar Teknis:
Sepeda, rajah, dan huruf ‘ U

Creamuspoems ;
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami dan menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.



Puisi Performance Creamuspoems; Yoyo jewe dan Bagus Dwi Danto Teks/konsep Yoyo jewe Performer Yoyo jewe, Kolaborator Doddy TP, Kampret Tatto, Bambang’Tatto, Sahabat ‘Unname Live Musik Yoyo Harmonica, Rosan Road Manager Inna Hudaya>> 081562969500/081802650947Email/Blog creamuspoems@yahoo.com - www.creamuspoems.blogspot.com
Jogjakarta - Indonesia
Kertas Performance
BEKASI ART FESTIVAL
Workshop Performing Art ; Dewan Kesenian Bekasi
3 Mei 2008, Kompleks GOR Bekasi
BEKASI
PUISI PERFORMANCE

Puisi no.1 Sofa Coklat Cerewet ; Brown Couch Chatterbox
Arak-arakan daun hijau mendebu, tulang-belulang. Berapa tanggal lahirmu ? Pasti, segera acungkan kepalan tangan. Kepalamu benjol, Dadamu juga, Ember plastik anti pecah, Maaf tak sengaja. Senapan-senapan bisu jangan di parkir, gedung itu baru saja dibangun, stop. Adakah surat-suratnya? waktunya makan buah-buahan, jus coklat. Ada apa? Jalanan sedang di blokade, airnya habis untuk tamu agung, belahan baju besi. Lalu gadhis di sampingku pergi menanam pohon, diberi pagar kabel agar musang tak mengerat, lalu kulkas hidup, sepotong roti sayur dan masih ada sinyal kuat. Sofa Coklat, kuingin membawa gadhisku berperahu ke hutan danau, kenapa? nafasnya sungguh wangi. Tidak terpikirkah olehmu, sofa coklat ? Hutan wangi, danau wangi, tembok kota wangi, wangi, wangi, nyanyian wangi, orang-orang wangi. Cerewet nafasmu wangi.

Pengantar teknis:
Ada tubuh, ada kursi plastik berderet dan sofa coklat, ada tangga lipat, ada buah apel dan pisau. Ketika kursi dan tubuh saling mencium, gravitasi dan berdamai dengan diri sendiri menjadi penting di peristiwa ini, bagaimana dengan buah dan pisau ? apakah mereka menyapa orang-orang?

Puisi no.2 Biji Mata Segitiga
Kita mencipta luka/Satu lingkaran berpadu waktu adalah titik ketiadaan/Hidup adalah tiada/Kita mencipta/Apapun dicipta dari tangan manusia, hitam putih berwarna kadang berkelok dan terjatuh/Ada tanjakan didepan, hati hati tersandung batu/Jangan takut, katamu/Bising suara dikepalaku/ Ada biji segitiga di atas dahi tertutup rabun hati.

Pengantar teknis;
Ada bunga yang di tatto di kulit tubuh, ada pohon yang di tanam, ada keseimbangan pada perputarannya, dunia menjadi sehat dan terang.

Creamuspoems ;
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami dan menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.



Puisi Performance Creamuspoems; Yoyo jewe dan Bagus Dwi Danto Teks Yoyo jewe dan Inna Hudaya Performer Yoyo jewe, Bagus Dwi Danto,Inna Hudaya, Sono Tatto Road Manager Inna Hudaya>> 081562969500 Email/Blog creamuspoems@yahoo.com - www.creamuspoems.blogspot.com
Jogjakarta - Indonesia

ARMADA YANG TERLUKA

ARMADA YANG TERLUKA
OLEH: CREAMUS POEMS

Jakarta dan sekitarnya, 1 Mei – 18 Mei 2008
Kami dua penyair dan satu perupa. Kata dan sketsa berangkat ke ibu kota bersama sepeda. Dan sejak lebih dari dua minggu lalu, sedari pagi pukul enam hingga pukul enam pagi keesokannya kami menekuni metropolitan. Entahlah. Puisi performance kali ini mungkin mengakrabi kecepatan peristiwa yang berlalu. Menghakrabi kehangatan manusia dan lingkungannya yang tersa semakin jauh dari hangat; panas. Terima kasih buat teman teman ‘ Rumah Buah ‘ Mak Lisa di Lenteng Agung, rumah yang tersa ajaibberikut jakartanya yang sepertinya enggan beringsut dari macet dan segenap gelisahnya kaum urban. Kami berharap semangat kita tetap terjaga untuk MERAWAT LINGKUNGAN HIDUP DEMI KEHIDUPAN. Tetap semangat. Bersepedalah. Tetap berkarya apapun fasilitasnya. Dan seandainya kelak kebudayaan akhirnya semakin tidak beres tumbuh dan berkembang di kota yang kemruyuk ini, selembar ini semoga menguatkan sesuatu yang rapuh itu. Terima kasih. Salam
…………………………………………………………………………………………………………………

Puisi no. 1 Nineteen Day On Bicycle = Toilet Kota Makan Sepeda
Hari berjalan tidak terlalu cepat dan hujan. Getah pohon menembus kota, di kebisingan kotak besi bermesin, sirene kereta, gedung gedung yang munculnya seperti kompetisi olahraga. Tubuhku masih di kepung mereka. Terkadang sayur mayur malam menghujani dengan aromanya di pasar minggu atau terowongan jalan, yang kulitnya mirip jalan jalan di sepanjang Valencia.Apa kabar kamu, masih bernafas ? Sepeda tinggi melabrak jalan becek, asap rambutnya menyisir tubuh jeruk nipis. Pada saat yang sama, rumah buah-buahan menyambut tanpa komp[romi.Berhari hari tubuh ditelan sepeda dan angin kota. Sakit dan rindu. Darimana tubuh tubuh asing itu datang ? yang setiap hari melintas pada pohon pohon kota yang telah tua, tak sanggup mengenali lagi remah remah roti apalagi sungai sungai. Apakah kau terjebak beton beton padat ?;Bukankah kasihan tak bisa di percakapkan?;Rebutlah waktu dengan kedalaman tubuhmu.
Puisi no.2 Grace di reruntuhan peradaban
Mata menangkap kota yang menangkap air garam dari tubuh. Waktu menempel ketat dan kata mengikat kencang mengikuti dengan riuh atau terkadang bisu sama sekali.Jakarta tidak mengemban Jogja yang gelisah. Rupa rupa spirit urban bergaul dengan rupa rupa mesin yang macet menunggu kepalsuan berikutnya.Dua kereta angin memotong waktu.Jembatan sebrang pejalan kaki dipaksa iba memangkas jarak. Perempuan muda cantik dari gedung lantai enam bertemu keringat yang belum kering. Seraut wajah teduh yang seperti pernah kujamah. Telapak tangan kaku yang bertukar senyum. Peristiwa yang lembut dan hangat. Kami ke angkasa lain di ruang orang orang rapi selesai hajat pagi yang ranum. Kereta angin di tempat yang tak semestinya. Wajah wajah yang sibuk menghindari derita berkerumun menyimpan kejutnya rapi di lantai karpet bersih dan udara yang tersaring baik, demi melihat kami. Sapa bertukar nama. Grace menggiring ke meja makan.Sahabat mengambil puding dari meja yang lain. Sepiring puding habis sebelummenu utama nasi yang sekuning bunga matahari. Percakapan seperti drama radio. Ruang dan waktu bergerak pelan menuntun hasrat ke gerai kopi di lahan subur para pemodal, menimang nimang lidah pribumi: Senja lindap begitu saja.
…………………………………………………………………………………………………………………
“ Sembilan belas hari tiga sepeda di halaman kota, dan kota menjadi ranjang yang akrab. Apakah segala sudah tersedia ?Ada yang tidak beres dengan ranjang metropolitan ini, wajah pionir menjadi kabur, kota menjadi sekotak perhiasaanyang menjelma mimpi di siang bolong. “
………………………………………………………………………………………………
Creamuspoems ;
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami dan menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.

Puisi Performance Creamuspoems; Yoyo jewe dan Bagus Dwi Danto Teks Yoyo jewe dan Inna Hudaya Performer Yoyo jewe, Bagus Dwi Danto,Inna Hudaya, Sono Tatto Support RUMAH BUAH – LENTENG AGUNG Road Manager Inna Hudaya>> 081562969500 Email/Blog creamuspoems@yahoo.com - www.creamuspoems.blogspot.com

Minggu, 27 April 2008

Surabaya Intl. Performance Festival - Art Event

Kertas Performance
Surabaya International Performance-Art Event ( SIP-AE)
PROBALANCE ; In The Name Of City
Art Council of East Java on April 07 – 09, 2008

PUISI PERFORMANCE

Sofa Coklat Cerewet ; Brown Couch Chatterbox
Arak-arakan daun hijau mendebu, tulang-belulang. Berapa tanggal lahirmu ? Pasti, segera acungkan kepalan tangan. Kepalamu benjol, Dadamu juga, Ember plastik anti pecah, Maaf tak sengaja. Senapan-senapan bisu jangan di parkir, gedung itu baru saja dibangun, stop.
Adakah surat-suratnya? waktunya makan buah-buahan, jus coklat. Ada apa?
Jalanan sedang di blokade, airnya habis untuk tamu agung, belahan baju besi. Lalu gadhis di sampingku pergi menanam pohon, diberi pagar kabel agar musang tak mengerat, lalu kulkas hidup, sepotong roti sayur dan masih ada sinyal kuat. Sofa Coklat, kuingin membawa gadhisku berperahu ke hutan danau, kenapa? nafasnya sungguh wangi. Tidak terpikirkah olehmu, sofa coklat ? Hutan wangi, danau wangi, tembok kota wangi, wangi, wangi, nyanyian wangi, orang-orang wangi. Cerewet nafasmu wangi.

Sinopsis
Ada tubuh, ada kursi plastik berderet dan sofa coklat, ada tangga lipat, ada buah apel dan pisau. Ketika kursi dan tubuh saling mencium, gravitasi dan berdamai dengan diri sendiri menjadi penting di peristiwa ini, bagaimana dengan apel dan pisau ? apakah mereka menyapa orang-orang?

Creamuspoems ; Sebelumnya kami hanyalah orang-orang yang sedikit pernah mengalami tergabung pada grup eksperimental, semacam band yang berbasis puisi, yaitu Colombo Disco dan SS Matatajam, dan berproses bersama grup Armada Racun di Yogyakarta-Indonesia, yang akhirnya sepakat memakai nama Creamus Poems sebagai ruang untuk mengalami perjumpaan dengan banyak hal dan manusia.

Creamus Poems adalah puisi performance.
Lahir bukan kebetulan melainkan upaya kerja-kerja personal dengan mencoba merumuskan dunia puitis dari alam semesta, dan menjalani dengan ringan dan menyenangkan tanpa harus kehilangan keseriusan. Prinsip kerjanya, berawal dari teks, membedah dan merumuskan terciptanya konstruksi puitik yang sangat terbuka bagi setiap bentuk hasil akhir. Pada kerja yang sudah-sudah, konstruksi dilakukan berdasar pemahaman bunyi, bentuk visual, serta gerakan-gerakan yang sangat mandiri dan bebas namun satu dan yang lainnya saling berkaitan, walau terkadang ketika merumuskannya, eksekusi karya tersebut bisa sangat personal, sangat subyektif. Untuk itu pada setiap pertunjukannya Creamus selalu menyertakan sebuah ’kertas performance‘, semacam selebaran yang berisi teks puisi dan sedikit kata pengantar. Hal yang diharapkan dapat menumbuhkan ruang diskusi secara terbuka dan memungkinkan terciptanya sebuah relasi manusia yang utuh, yang semoga dapat membimbing Creamus untuk bersentuhan, mengalami dan menyimpan banyak hal ketika perjumpaan itu tidak harus dibatasi oleh status sosial, profesi, usia, kelas, kultur, kulit, agama, berapa jumlah penghasilan perbulan dan sebagainya, namun justru saling berbagi perbedaan dan pada saat itulah penghargaan terhadap manusia menjadi penting dan semakin sangat penting bagi Creamus. Secara sederhana kiranya demikian semangat yang coba kami jaga dan tawarkan. Terima kasih. Salam.



Puisi Performance Creamuspoems
Yoyo jewe dan Bagus Dwi Danto Text Reader Yoyo jewe Performer Yoyo jewe
Management /Road Manager Inna Hudaya >> 081562969500 Email : creamuspoems@yahoo.com - www.creamuspoems.blogspot.com
Jogjakarta - Indonesia

Templates by Blog Forum